Disclaimer:
Tulisan ini sepenuhnya
berdasarkan opini penulis dan oleh karenanya tidak mewakili atau merepresentasikan
salah satu lembaga pemberi beasiswa.
Jika anda membaca tulisan saya ini, artinya
kemungkinan besar kita sama. Bisa jadi anda juga memiliki kesamaan minat dengan
saya yaitu berburu beasiswa. Seperti diketahui, ada begitu banyak para pencari
beasiswa di luar sana yang sama seperti kita. Sebagian mungkin sedang atau telah
berhasil mencapai cita-citanya. Namun, sebagian lain banyak pula yang gugur. Ada
yang gagal di tahap wawancara. Ada juga yang belum lulus seleksi berkas. Bahkan
mungkin banyak pula yang gagal karena memang tidak pernah mengirimkan
aplikasinya. Tulisan ini bertujuan untuk berbagi pengalaman pribadi sehingga bisa
memompa kembali semangat para pemburu beasiswa seperti anda. Satu pengalaman
saya ini barangkali bisa menjadi tips bagi anda atau paling tidak menambah koleksi
tips anda dalam mendapatkan beasiswa.
Sumber foto: www.kesekolah.com |
Sudah barang tentu setiap orang memiliki cara yang
berbeda dalam mengejar impiannya. Secara pribadi, salah satu yang saya gunakan
terutama ketika mendaftar beasiswa adalah dengan mengirimkan lamaran
sebanyak-banyaknya pada waktu yang bersamaan. Cara ini juga saya gunakan dulu
ketika mencari pekerjaan. Tidak jarang dalam sehari saya bisa memasukkan 5-6
lamaran. Begitu juga dengan beasiswa. Pengalaman saya, saya pernah mengirimkan
lamaran untuk beasiswa LPDP, Fulbright, dan Australia Award dalam waktu yang berdekatan,
dengan harapan salah satunya berhasil diterima.
Cara seperti ini sukses menghemat waktu kita menjadi
lebih efisien. Karena rata-rata beasiswa hanya buka satu kali dalam setahun,
itu artinya kita harus menunggu lagi hingga tahun depan jika gagal tahun ini.
Itu pun kalau tahun depannya tidak gagal lagi. Dengan mengirim banyak aplikasi,
jika aplikasi yang pertama gagal maka kita masih memiliki kesempatan pada
aplikasi lainnya di tahun yang sama. Intinya, kita tidak pernah benar-benar fanatik
untuk satu beasiswa.
Cara seperti ini memang memiliki sisi lemah. Diantaranya
adalah fokus kita yang menjadi terpecah. Apalagi tiap-tiap beasiswa biasanya
meminta setiap pelamar untuk menulis beberapa esai. Dengan semakin banyak beasiswa
yang dilamar itu artinya jumlah esainnya pun akan berlipat. Belum lagi jika pelamar
yang bekerja atau sudah mempunyai keluarga. Maka, pelamar dituntut untuk
benar-benar bisa membagi waktu dan pikiran seefisien mungkin.
Namun, kelemahan itu bisa saja kita akali jika
memiliki timeline perencanaan yang baik. Dengan kata lain, pelamar membuat
daftar prioritas sesuai dengan deadline karena masing-masing beasiswa memiliki
deadline yang berbeda. Sebagai contoh, anda bisa mendahulukan beasiswa
Australia Award ketimbang Chevening mengingat deadline Chevening yang biasanya
di akhir tahun. Untuk itu, sebaiknya setiap pelamar mengetahui dengan baik
kapan deadline setiap beasiswa sehingga pelamar bisa membuat perencanaan dengan
tepat.
0 comments:
Post a Comment